Destinasi Wisata Religi Di Desa Papayan Jatiwaras, "Bumi Rongsok Jejak Sejarah Penyebaran Agama Islam"

Destinasi Wisata Religi Di Desa Papayan Jatiwaras, "Bumi Rongsok Jejak Sejarah Penyebaran Agama Islam"

Kab. Tasikmalaya, (kabardesanews.com) - Tomada, seja unjuk salam. wakcana ati, Dina nyuprih piwuruk sepuh seja bubumen nanceubkeun tohagana kai jati waras, pikeun muka hahalang Dina diri ,cukang lantarana Coretan nu nembrak titinggal tapak sajarah bumi rongsok , pikeun memeres wangunan rusak, balukar ngentabna seuneu nu geus nyaliara dina dada ulah rajawisuna. …..”
 
Sebuah hutan kecil yang berada ditengah pemukiman penduduk dinamai Bumi Rongsok itu terletak di Kampung Demung Landung Desa Papayan Kecamatan Jatiwaras Kabupaten Tasikmalaya.
Hutan dengan luas area 500 m2 ini berjarak sekitar 100 meter dari Kantor Desa Papayan. Hutan yang menyimpan sejarah penyebaran Agama Islam hingga kini terlihat masih sangat alami. warga setempat masih setia menjaga kelestariannya dan menghormati budaya serta adat istiadatnya dengan memegang teguh tatali karuhun.
  Menurut cerita turun temurun ( folkore) pemberian nama Bumi Rongsok sendiri disematkan salah seorang tokoh penyebar Islam yakni Eyang Dalem Bagus Jayadimantri, seorang ulama besar dari Banten. Arti dari Bumi Rongsok sendiri yakni, Bumi artinya tempat tinggal dan Rongsok artinya subur, ada juga yang mengartikan Bumi Rongsok yakni Gapura masuk tanah subur.

 Di kawasan hutan itu sendiri terdapat sebuah kolam yang cukup besar yang merupakan saksi bisu dari lembaran sejarah Bumi Rongsok. Dimana air kolam itu berasal 
dari balik sela rerimbunan dedaunan pohon berusia ratusan tahun. Ditempat itu peninggalan sejarah masa lampau yakni adanya Batu/Menhir yang konon dulu berfungsi sebagai tempat penampungan air, sementara batu panjang sendiri merupakan tempat ibadah sholat. Dulu sebelum terjadi kebakaran tahun 1982 di ibu kota desa ( sekarang Desa kolot) disana terdapat berbagai jenis senjata pusaka yakni,  tumbak, pedang, keris, pisau, golok dan bokor. 
Pada abad 1700 M, sejaman dengan ulama syech Abdul Muhyi Pamijahan, daerah itu sebelumnya, masyarakatnya  penganut agama Hindu-Budha, dan konon, landung merupakan bekas perkampungan agama budha.

Adapun para tokoh penyebar Islam didaerah Bumi Rongsok  diantaranya, Eyang Dalem Bagus Jayadimantri, seorang ulama besar dari Banten, Eyang Sumapati dari Garut dan Eyang Raksabaya yang merupakan keturunan dari Sultan Mataram. Mereka masing-masing mendapat tugas menjadi penjaga keamanan di Bumi Rongsok. Dalam melakukan syiar Islam, Eyang Dalem Jayadimantri dibantu pengikut yang setia, Sumapatra, Sumanegara dan satu - satunya seorang wanita, Siti Saroh. Selain dibantu para pengawalnya, Eyang Dalem pun mendapat bantuan dari beberapa  pribumi, seperti, Embah Naya, Eyang Atna, Embah Rangga dan Uing Enok.

Asal muasal munculnya nama daerah Papayan, menurut cerita yang tersebar, diambil dari perjalanan sejarah seorang ulama dari Garut, Eyang Sumapati, yang terdampar di Landung. Konon, saat pesantrennya hancur di terjang banjir besar, ia pun mencari tempat bermukim dengan cara apay- apayan ( menyusuri) sungai Ciwulan. Dengan menaiki sintung (tangkai buah kelapa) hingga berlabuh di Landung ( sekarang menjadi Demung Landung) dan bergabung dengan ulama lainnya untuk ikut menyebarkan Agama Islam  hingga akhir hayatnya.

Sementara menurut versi lainnya, munculnya nama Papayan berasal dari sebuah cerita  tenggelamnya beberapa santri penduduk seberang kali ciwulan yang hendak belajar mengaji. Saat itu Eyang Sumapati apay-apayan menyusuri sungai Ciwulan berusaha mencari jasad para santrinya. Dan dari perjalanan peristiwa itu kini  berubah menjadi nama Papayan.

Coretan sejarah berupa peninggalan masa bihari ( masa Dulu )  dari sejarah Bumi rongsok  yang bisa dilihat menjadi saksi bisu munculnya riwayat jaman dahulu, bahwa nama dan tempat tersebut memiliki relevansi yang kuat dari sebuah rahasia dan perjalanan tokoh yang tersembunyi dibalik nama dan tempat sejarah Bumi Rongsok.

 ( Rusdianto warleung)

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama