RA. Siti Munigar Tokoh Wanita Pengemban Darma Di Pemerintahan Sukapura,

RA.SITI MUNIGAR
TOKOH WANITA PENGEMBAN KATA DARMA DI PEMERINTAHAN SUKAPURA.

Tasikmalaya,Sukapura (kabardesanews.com) - "Mesat ngapung luhur jauh diawang awang, Meberkeun Jangjangna Bangun Taya Karingrang sukuna ranggoas reukeung pamatukna ngeluk..." **

 Sepenggal lirik yang termuat dalam lagu Sunda, Manuk Dadali ini, dijadikan filosopi RA. Siti Munigar dalam melaksanakan tugasnya sebagai seorang pembimbing dan penertib dipemerintahan Sukapura Bihari. RA. Siti Munigar ( Monigar) yang konon hidup masa zaman Kerajaan Sukakerta ini, punya Andil yang sangat besar, ikut nanjeur keun wawangi Sukapura dijomantara.

 Kendati hanya "tertulis sekilas" tapi tokoh wanita tersebut berperan sangat penting dalam catetan perjalanan sejarah  Sukapura kiwari, terutama pada masa pemerintahan Kabupatian Sukapura Pertama, R.Wirawangsa ( Wiradadaha 1) pada Tahun 1632-1674. Eksistensi Srikandi Sukapura tersebut sangatlah penting untuk ditulis sebagai pelengkap referensi sejarah Sukapura, mengingat Ketokohan dan darmanya yang begitu besar bagi kemajuan Sukapura kiwari ( sekarang). Berkat sumbangsih Darmanya pemerintahan Kabupatian Sukapura mencapai puncak Ke-emasannya.

Pada masa pemerintahan R.Wirawangsa yang merupakan putra dari R. Wirahadi kusumah ( Entol Wiraha) yang menjadi Umbul Sukakerta, R A. Siti Munigar menduduki posisi penting sebagai penasehat utama. Sebagai seorang ahli spiritual dengan ketajaman mata batin tinggi,  beliau sering dimintai saran pendapat, apalagi saat R.Wirawangsa menemui kesulitan dalam mengelola negara atau pun saat negara dalam keadaan genting.

Menurut penuturan Heri, petugas lapangan kepercayaan YWPS ( Yayasan Wakaf Pusaka Sukapura ) mengatakan, " Beliau merupakan seorang pembimbing, Ahli spiritual dengan sifatnya yang Arif bijaksana menjadikan beliau dijadikan panutan, tempat curhatnya para gegeden ( pembesar ) pada masa itu. " Sangat luar biasa kebijaksanaan beliau, sebagai seorang Pembimbing, pengayom,  Penasehat spiritual, beliau dijadikan tempat curhatnya para dalem terutama masa pemerintahan Kabupatian Sukapura Pertama, tutur Heri, Rabu (25/12/2024). 

Prinsip hidup Beliau dalam melaksanakan tugasnya, lanjut Heri, yang saat itu didampingi kuncen Makom Keramat Baganjing, Ustadz Adin, RA. Siti Munigar berpegang teguh pada filosopi Manuk Dadali.  "Terbang tinggi hinggap dimana saja, clo didieu clo diditu.makanya kenapa nama beliau ada di Galunggung, Pamijahan, Manonjaya dan Baganjing karena tengah melaksanakan pancen gawe,tugasnya. makanya disebut Darma, " terang Heri.

Dijelaskan Heri, Kata Darma ( perintah Tugas) sebagai seorang pembimbing dan penertib yang dipercayakan kepadanya, bagi RA. Siti Munigar, merupakan sebuah titipan, sebuah amanah yang harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.

 Makanya disetiap tempat yang menjadi tugas Beliau, selalu meninggalkan jejak, yang kemudian berubah menjadi coretan dan membentuk sebuah tulisan. Semisal , di Desa Leuwibudah Kecamatan Sukaraja, terdapat coretan nyata yang bisa dibuktikan dan dirasakan para rundayan ( keturunannya) sekarang ini, yakni berupa solokan (parit) Leuwi bitung dan hamparan sawah Bojong tepatnya di kampung Babakan Cimanggu. 
" Tumbuhnya pohon Nagasari yang berada dikomplek pemakaman Kabupatian Sukapura juga,  merupakan sebuah coretan ( titinggal Karuhun) sebagai Ciciren ( ciri ) bukti sejarah masa bihari ( masa dulu) untuk menambah dan memperkuat referensi sejarah, bahwa beliau masih ada keturunan dari Cirebon, keturunan langsung dari Nyimas Rara Santang yang merupakan putri dari prabu Siliwangi dan Nyimas Purba Larang, "ujar Heri. 

Sepengatahuan Heri dilapangan,  Pohon Nagasari hanya ada di dua tempat, yakni di Gunung Jati, tepatnya di komplek makam Syarif Hidayatulloh, Cirebon dan di komplek Makam Kabupatian Sukapura, di Baganjing. Dengan tumbuhnya pohon Nagasari di sini, " ungkapnya, merupakan sebuah simbol yang dimaksudkan agar para keturunannya tahu dari mana asal muasalnya para leluhurnya. Ada jejak jejak masa lalunya yang sengaja di simpen untuk diketahui para keturunannya.

" Pohon Nagasari itu sengaja ditanam leluhur di Baganjing sebagai ciri, bukti Kanyaah Karuhun karundayana ( kasih sayang orang tua pada anak anakanya) bila suatu hari, jika keturunannya ingin menelusuri  jejak leluhurnya tidak akan tersesat, teu pareumeun obor ( Putus silaturahmi), pungkas Heri dilokasi makam keramat Baganjing. RA. Siti Munigar wafat tahun 1904 dan dimakamkan di Manonjaya.

       ** Rusdianto Warleung **

Post a Comment

أحدث أقدم