Karinding: Warisan Budaya Sunda Yang Dicintai Bule, Lalu Kemana Orang Sundanya?

Karinding: Warisan Budaya Sunda yang Dicintai Bule, Lalu Kemana Orang Sundanya?

Tasikmalaya, ( Kabardesanews.com) - Karinding, alat musik tradisional khas Sunda, kini justru lebih dihargai dan dimainkan oleh orang asing daripada masyarakat pewaris aslinya. Kondisi ini mencerminkan ironi budaya yang cukup menyedihkan, seperti yang diungkapkan Budayawan Kota Tasikmalaya, Bangbang Hermana, Selasa (14/01/2025 ) diruang kerjanya. 

Menurutnya, alat musik yang sarat nilai historis dan filosofis ini seharusnya menjadi kebanggaan masyarakat Sunda, bukan justru terpinggirkan di tanah kelahirannya sendiri.

"Karinding ini warisan leluhur yang harus kita jaga, tapi kenapa justru sekarang lebih dicintai orang bule? Orang Sundanya sendiri ke mana?" ujar Bangbang dengan nada prihatin. Ia menilai, fenomena ini adalah hasil dari kurangnya kesadaran generasi muda Sunda terhadap nilai budaya lokal yang mulai tersisih oleh arus modernisasi.

Karinding bukan sekadar alat musik, tetapi juga memiliki nilai filosofis mendalam. Dibuat dari bahan alami seperti bambu atau pelepah aren, alat musik ini mencerminkan harmoni antara manusia dan alam. Dulu, karinding sering dimainkan dalam berbagai kegiatan tradisional, termasuk ritual pertanian atau hiburan di pedesaan. Namun kini, alat musik ini seakan terlupakan oleh masyarakat Sunda sendiri.

Bangbang Hermana juga mengungkapkan bahwa karinding justru mendapatkan tempat di hati para bule yang mempelajarinya dengan penuh rasa kagum. Di berbagai acara seni budaya internasional, karinding menjadi daya tarik yang memperkenalkan budaya Sunda kepada dunia. Ironisnya, di saat orang asing begitu antusias memainkannya, hanya sedikit orang Sunda yang masih peduli untuk melestarikannya.

"Kita perlu introspeksi. Kalau bukan kita yang menjaga dan memainkan karinding, lalu siapa lagi? Masa warisan budaya kita diselamatkan oleh orang asing?" tambah Bangbang.

Menurutnya, upaya pelestarian karinding harus dimulai dari tingkat lokal. Pendidikan seni dan budaya Sunda harus diintegrasikan ke dalam kurikulum sekolah, sehingga generasi muda bisa mengenal dan mencintai alat musik tradisional ini sejak dini. Selain itu, pemerintah daerah juga perlu berperan aktif dengan mengadakan festival budaya dan pelatihan seni untuk memperkenalkan kembali karinding kepada masyarakat.

Tak hanya itu, Bangbang mengusulkan agar karinding bisa dikemas lebih modern tanpa meninggalkan akar tradisionalnya. Teknologi dan media sosial bisa menjadi sarana efektif untuk mempopulerkan alat musik ini kepada generasi muda yang cenderung lebih akrab dengan tren digital. Dengan cara ini, karinding bisa bersanding dengan alat musik modern lainnya tanpa kehilangan identitasnya.

Meski tantangan pelestarian budaya cukup besar, Bangbang optimis bahwa karinding masih bisa kembali hidup di tengah masyarakat Sunda. Namun, ia menekankan bahwa semua pihak, baik pemerintah, komunitas seni, maupun masyarakat umum, harus bekerja sama untuk menjaga agar karinding tidak hanya menjadi peninggalan sejarah yang dilupakan.

"Karinding adalah identitas kita sebagai orang Sunda. Jangan sampai nanti anak cucu kita mengenal karinding dari orang asing, sementara kita sendiri tidak tahu apa-apa tentang alat musik ini," pungkas Bangbang.

Sudah saatnya masyarakat Sunda bangkit untuk melestarikan karinding. Jika tidak, warisan budaya ini akan semakin jauh dari jangkauan generasi penerus, dan mungkin hanya tinggal kenangan yang dihidupkan oleh tangan-tangan asing.

(SN) 

Post a Comment

أحدث أقدم